Mafia Kertas Membelenggu Malam

Oleh: Edy Saputro Cahyo

Bersama Kaum Sekarat
Jalanan hidupku tinggal
Depan makam dibuat keramaian
Sampai tengah malam di warung cepitan
Beradu nasib pada sebuah kertas bernomor
Harapan dapat kebulan asap yang banyak
Tiada permaianan yang menang
Semua kalah
Semua hanylah hiburan yang tak mampu memberi harapan malam

Mancing
Bamboo dibuatnya lemas dan lepas
Satu keluarga menopang mata pancing
Hiburan inilah hiburan dan kesabaran

Mulut
Penungguan diera alang dan rerumputan
Memasang jeratan
Memangil dengan tiruan palsu tapi mampu
Mereka terbinasa oleh rekaman yang bernyawa
Berjejer terbiarkan yang lain datang

Ngamplas
Rawe membuat aku jadi takut
Panasnya menyerupai api yang menyengat kulit
Lembutnya menembus pori-pori
Gerusan halus memanasi daging
Dan hilang meninggalkan air yang bergelembung daging

Perjudian
Bundar membuat hitungan
Terkena siang harus membayar
Terkena Derek harus lebih membayar
Apalagi terkena nik mtotal membayar
Tidak punya lurus bayaran
Aku sang mahasiswa pertama yang tahu permainan plumpungan dan caperan
Uang berputar tiada henti
Hingga berhenti mencari jati diri
Diam dan bertambah ringan
Enam orang adalah hal yang menakutkan permainan dolan
Serba bayar dan tawuran uang
Sering padu hanya salah ngacu

Mafia Kertas
Kertas dalam gengaman bisa kusam
Kertas dalam plastikan menarik perhatian
Kertas dalam saku jadi kecurigaan
Bergerombol ide picik dipermainkan mereka
Kertas 250 repes jadi bredelan hiburan
Lepas dalam aduan mata dan picikan penung
50 ribu ngakunya 5 ribu
Kertas dalam celana
Siapa nyangka
Hanya mereka yang tahu bergerombol dan mengadu kode
Untuk selamat dan menang dalam permainan perang melawan nomor dalam persembunyian

Wedus
Pakan dan gantungan daun jadi kesukaan
Tentara yang diinginkan menyerang mulut hitam
Airnya merembes dalam celana
Kecapnya tiada henti tiap malam dalam lekat
Cetakan bulat kecil dijadikan jebakan kaki gule
Merah, hitam, putih, itu yang ku ingat
Kuping panjang satu,
Pendek hanya Satu
Ukurang biasa hanya Satu
Semua adalah tabungan keringat mereka yang beruban

Cacatan sakit
Kini sakitmu menjadi-jadi
Hingga terbawa mimpi
Do’aku hilangkan sakit
Nasi jagung tiap hati dan undur-undur pola hidupnya
Lakukan dalam kecapan kenikmatan

Semangat Kokoh
Pendidikan adalah inginnya
Kerja tiada dalam fikirnya
Hanyalah kebingungan ilmu
Bagaimana ia dapatkan dalam ketidaktrimaan keuntungan
Hebat kuat seperti badanya

Jalur
Jalur timur ada saya dalam limpahan ilmu
Jalur tengah ada orang terenggah kesakitan , jauh dari mereka
Jalur barat ada si kuat sedang mencari jati diri
Ketiga jalur menjadi satu untuk kebahagiaan jalur tengah

31 agustus 2014
Air Sore
Petang belum usai aku bernyanyi
Hingga senar gitar putus
Akan kusuarakan ciptaan lagu bohong
Dengan berbaring di belakang menorah luka

Nasehat Malam
Suara manismu menceka di setiap relung perjalanan
Tiada henti bersimpuh berucap padaku
Topangan kata-kata itu…
Aku ingat betul suara menggema saat aku di barat
Kini terbit dari arah timur nan jauh dariku
Ku maknai setiap isyarat
Dan ku setarakan benak fikir disetiap dzhikir-dzhikir

Pejalan Malam
Bercerita dalam ketakutan malam
Berbisik menakuti angin malam
Melangkah diikuti suara katak malam
Diam menerka gerak sepi
Melewati dua sejoli bermesraan di pinggiran
Merinding dan terangkat alis tebal iini
Sekeliling penuh blok-blok bayang hitam berduaan
Sopan dengan canda
Melirik seksama mereka berkeluh cinta
Pada pejalan malam di trotoar malam

Komentar