7#

7 # Cara Memberontak, Ini caraku Bukan Caramu

Silahkan berpergian jauh. Sejauh mana kau akan melangkahkan kakimu. Kau sudah tua. Aku telah menunggumu terlalu lama. Berharap kadoku tidak busuk. Apalagi kado sudah terpapang di atas rak dan merana hanya menunggumu. Kapan kau akan datang?. Kapan kau akan menyayangi dan memperhatikan aku?. Kapan kau akan memperhatikan mereka?. Aku selalu menenggok kea rah candela setiap pagi, berharap kau hadir dan duduk-duduk di kursi dan meminum kopi. Tetapi 4 hari telah aku tenggok, tetap saja tidak ada.  Sejenak aku meratapi kaca dan mengais kau telah ada dan aku akan menyapamu. Itulag imajinasi yang sedikit membuat hatiku gelisah agar tidak susah.
Aku mau merajut dirimu sebagai tulisan yang aku inginkan. Aku ingin mengantungkan segala wajah-wajah palsumu ke gantungan bajuku. Seandainya kau lebih ramah dan dapat mercermin dari aku yang selalu mencatat perbuatan baik dan burukmu. Hanya sebuah catatan yang tetap aku catat hingga kadoku terselesaikan. Apakah orang seperti kau harus selalu sok gaya dan selalu sok pandai. Ilmumu jelas kalah jauh dengan ilmu yang dimiliki wanitaku jauh di perantuan. Berapa uang yang kau habiskan untuk berpergian kesana-kesini tidak jelas, kapan buku-buku akan terbit. Tidak pernah aku dengan kabar seperti itu. Apakah kau sedih dan gelisah dalam kehidupan ini. aku juga tidak tahu, sebab kau juga tidak bercerita kepadaku. Kepada anak kontrak. Kau tahu bukan,  surat tugas jelas tertulis namamu untuk selalu mebimbing dan mengarahkan aku. Tetapi itu semua hanyalah formalitas belaka.
Kapan aku akan kau tanggapi dengan serius. Apalagi sekarang sistem sudah tambah sulit. Apakah kau juga akan mepersulit kadoku. Kalau sampai kadoku ini tidak selesai, aku akan selalu berdo’a agar kau disadarkan dan melihat anak-anakmu yang akan membuat kau lebih bahagia. Beberapa hari ini aku sendiri, kadoku sering memberontak di setiap malam dan mimpiku. Kadoku juga sering mengecam aku dengan sebuah ancaman yang menakutkan. Apakah akan aku ceritakan kepada kau, agar kau tahu. Jelas kau tak akan percaya. Semua itu karena aku sangat cinta kepada kadoku.
Aku ingin segera jauh dari pemandanganmu. Kau pasti juga sudah muak melihat tingkah laku yang sering aku perbuat. Makanya, buat aku bekerja keras memperindah kadoku. Setiap jam dan hari aku selalu menunggumu. Aku tidak pernah tahu yang sebenarnya terjadi pada hidupmu. Andai saja, kau diperlakukan seperti itu. Apakah kau juga akan mau. Pastinya tidak bukan.
Kadoku sudah aku siapkan sesuai yang kau inginkan. Justru setelah kau berucap janji kau selalu menipu dan menghianati janji yang kau dan aku sepakati. Ingat tidak, saat kau kau marahi atas perjanjian yang aku hianati. Apakah kau masih mempunyai rasa dendam terhadapku. Kau boleh memukul dan mencubit aku, semaumu. Tetapi jangan pernah kau remehkan kado yang aku buat. Aku ingin, seperti yang lainnya, mendapat pembimbing yang mudah dicari setiap saat. Terus apa ilmu yang akan aku dapat. Sama saja aku belajar dan mengamini kerjaanku sendiri. Kau seakan menuntut aku untuk merevisi semua kadoku, bukan. Jelas aku tidak mampu seperti yang kau lakukan. Karena aku masih mempunyai rasa, rasa kasihan. Kalau kau sendiri kan tidak.
Aku harus apa?. Aku seakan patah arang menghadapi semua sikap dan tidak tutur yang keluar dari kau.
Kapan aku akan hengkang dari hutan ini?
Kapan aku akan memakai toga?
Kapan aku akan bertarung melawan kerasnya dunia luar?
Kapan aku dapat melihat dunia luar?
Kapan kau akan mati?
Kapan kau akan menyerah menghadapiku?
Kapan kita akan bertemu lagi?
Kapan kau akan duduk manis di kursi?
kapan kau bisa memberi aku waktu 15 menit?



Komentar