Pahlawan Kesiangan

                                                                        
Oleh: Edy Saputro Cahyo

Kamar pukul 7 malam. Si aku duduk dan selalu berdiam dalam kamar. Sepanjang ia duduk, memikirkan perkataan manusia yang berbisik di belakang

Aku telah duduk di sini sudah lama. Memang melebihi kalian yang telah banyak bersabda dan menorehkan pemikiran, tenaga dan waktu. Aku sudah terhitung 2 tahun berada di tempat duduk ini. Kenapa kau baru sebut aku adalah pahlawan kesiangan dan selalu mengamini hal-hal yang manusia-manusia musyawarahkan. Aku tahu diri dan batas-batas yang akan aku lalukan. Kalian tidak usah mendekte aku dengan diam dan berbisik di belakang. Apakah kalian paham dengan suatu keputusan dalam musyawarah. Kalau kalian paham, kalian seharusnya sadar diri. Berkaca dan berbicara bahwa perkataan kalian adalah salah.

Berdiri dan mengacungkan ke arah luar. Pakain garang dan suwal sakral. Rambut acak-acakan penuh luka. Ditemani lampu dop merah yang terus memberanikan diri melawan rapuhnya dunia prasangka.

Kalian ini jangan main hakim sendiri. Kalian jangan menuduh aku yang bukan-bukan. Seperti kalian biasa saja, setiap bertemu aku. Padahal kalian mempunyai rasa yang cukup kecut terhadapku. Wajah kalian yang lucu tak akan membuat aku terkelabuhi. Apalagi tindakan kalian saat ini sungguhlah tak kasihan. Melihat penerus-penerus yang tak diberi ilmu apa-apa. Aku dan kalian itu memang berbeda. Tetapi perbedaan itu akan bisa menjadi satu tujuan, apabila kita bersatu. Masalah yang ada bukanlah hal yang menakutkan, berapa kali aku tawarkan.  Marilah duduk dan bicara bersama. Seperti apa, perbuatan yang pernah aku lakukan. Aku seakan memikul dosa yang sangat besar dengan bisikan yang kalian utarakan dengan sebuah pena.
Entah kalian sebut aku pahlawan kesiangan atau pahlawan malam, sore. Semua itu bukan masalah buat aku. Apalagi manusia-manusia yang duduk, bukan saja mengamini segala ide yang aku paparkan. Semua ada kekurang dan kelebihan. Selama aku berbicara sebelumnya sudah difikirkan secara matang, bukan asal bicara tanpa ada dosa. Duduk dan ide-ide yang telah terucap selalu dipertanyakan dengan lantang dan kritis. Saat ini bukan masalah takut atau tidaknya, tetapi kedewasaan kalian.  Berani berbisik di belakang, berarti kalian sudah berani diajak berdiskusi dan ngopi.
Hey, kalian. Apakah kalian dengar aku berceramah keras dan penuh celah. Aku telah sadar diri. Kenapa kalian baru-baru kali ini menyebut aku adalah pahlawan kesiangan. Mungkin karena kalian iri terhadapku, itu bisa saja firasatku pasti. Hal-hal yang tidak dapat diungkiri , adalah iya. Ide-ide yang terlepas dari otak panahku membuat manusia-manusia mengamini.  Tidak usah dielakan lagi. Kalaupun kalian mempunyai pemikiran yang lebih bagus. Kenapa kalian hanya diam dan berbisik di belakang. Apakah kalian tidak malu dengan manusia-manusia penerus yang selama ini mencari dan membutuhkan kalian. Tetapi, kalian campakan dengan kesibukan yang kalian lakukan. Seketika itu, kalian tikam aku dengan bisikan-bisikan pahlawan kesiangan. Kalau tidak seperti itu, kalian pasti yakin dengan seksama pada seluruh manusia-manusia penerus, sehingga kalian mempercayainya. Padahal mereka kosong, sering kali manusi-manusia penerus berceloteh tak pernah diajarkan. Apakah semua itu benar, kalian akan tetap mempercayainya dengan melepas ide-ide dan pengalaman yang kalian dapat. Apakah dengan kata kesibukan kalian tidak sempat merapat. Tetapi aku sangat senang, aku disebut pahlawan kesiangan. Biasanya anak-anak kecil menyebut pahlawan-pahlawan bertopeng, power ranggers, badman, spiderman dan lain sebagainya. Kalau aku sendiri sudah menyandang pahlawan kesiangan, terimakasih buat kalian yang mau membicarakan tentang diriku. Karena aku lebih suka dibicarakan dan dibenci. Sesekali tidak mau diajak kompromi secara sejati. Mau tidak mau kita selesaikan main tangan.

Memutar-mutar tubuh dan tidur rebahan dengan bergulung sesekali. Kemudian berdiri dan memasang seni beladiri. Lampu dop merah kedap-kedip ikut bingung dengan bisikan pahlawan kesiangan.

Momen seperti apa yang harus aku miliki. Hanya bersama manusia-masnusia penerus. Itu saja, tidak ada yang lebih. Mereka masih buta birokrasi dan ingin diberi ilmu yang cukup untuk bekal nanti. Ada manusia penerus membuat sedikit pemberontakan kau bunuh dengan kata-kata panjang. Biarlah manusia penerus bebas berfikir keras melawan perubahan yang ada di hutan rimba ini. Seharusnya kalian mendukung, ada macan dalam sebuah perkumpulan manusia-mausia berfikir, beri petunjuk apa yang telah manusia penerus lakukan. Itu adalah suatu bentuk keberanian yang abadi. Jangan didiskriminasi dengan ketakutan dan salah menempelkan pena.

Lampu mati bersamaan jatuh si aku dalam tunduk. Diikuti lampu dop yang mati dan Suasana berbisik. Si aku disebut pahlawan kesiangan. Mereka yang telah berbisik dari belakang layar. Suara-suara itu terdengar sepuluh kali. Lampu hilang, bersama si aku yang tertunduk.

Selesai.

Komentar