- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Oleh: Edy
Saputro Cahyo
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
T
|
indakan
Orang-orang Bertopeng membuat perencanaan berlian, dipatahkan dengan Manusia
Pengendara. Takut membuat bibir berucap. Ucapan memborgol tangan. Tangan berbicara
tujuan. Tujuan menghidupi kesengsaraan pemerintah setempat. Pemerintah yang
tugasnya hanya memerintah.
Foto Amzi |
Malam memberikan kesempatan bagi
makhluk halus untuk mengoda manusia. Manusia mengoda manusia. Jurang Gupit
adalah tempat yang menakutkan bagi warga setempat, permainan malam dibuat ujung
tombak menerobos jiwa yang takut. Memberanikan diri justru mengumpatkan pada
malam. Pohon-pohon jati menopang lirik gerak seperti raksasa pengintai malam.
Saksi-saksi semua dimiliki mata rerumputan pinggiran jalan. Mata menenggok suasana
mencekam di sekeliling wajah yang curam. Terselidiki hewan-hewan liar, ketika
menjadi sekupas bangkai busuk. Piaraan-piaraan jalan lepas terperosok dan
menjerit. Tipuan hawa menyelinap bersama udara. Jurang Gupit memiliki kisah
tersendiri sepanjang masa. Siang dijadikan bungkam untuk memakan. Malam anugrah
kemuliaan nyawa, harta, dan tahta. Warga sekitar tak sesekali mendekat ketika
malam datang. Manusia-manusia yang tahu akan mengurungkan niat berjalan.
Menghentikan sejenak dan memejamkan mata dikeramaian jalan. Berhenti tidak akan
mati dalam kesengsaraan hidup, berjalan. Nekat melawan tertumpas, menghirup
udara yang bebas. Kail-kail dan umpan diterkam pelukan kesiapan mencari ikan
sekujur jalan, waktu malam.
Jalan menuju arah Kota Bojonegoro di
perbatasan wilayah selatan disandra pohon-pohon besar. Bangunan rumah dapat
terhitung jari-jari, namun pohon-pohon dominan meraut seluruh jalan sepanjang
16 km yang sepi. Sekujur tubuh jalan terhina ketika malam. Malam adalah emas
bagi segerombolan Orang-Orang Bertopeng. Senjata-senjata seperti; pistol,
golok, dan pisau dimasukan dalam ikatan celana. Menghentikan gerak mereka sama
artinya bunuh diri sia-sia. Orang Bertopeng 1 sebagai otak segala drama dan
treatikal aksi. Hubungan-hubungan
melebihi segalanya, tidak pernah ada yang mengetahui asal dari mana, namanya
siapa, jelas-jelas sekelompok Orang-orang Bertopeng ketika malam mebabi buta
apa yang lewat.
Hewan-hewan dianggap musuh pencudang
yang tidak menilik pada kerasnya hidup. Hewan-hewan buas berkeliaran mencari mangsa,
siapa lagi kalau bukan Orang-orang Bertopeng. Selalu ada di sepanjang jalan, pada
malam yang jelas-jelas mencekam. Jurang Gupit dijadikan lokasi utama dalam
menyandra pengendara. Padahal tempat yang angker, banyak kecelakaan yang
tergulung-gulung, hingga satu bis mati. Belum lagi pengendara sepeda motor yang
dibuatnya tipuan pengelihatan mata. Belum juga mobil pribadi yang tiba-tiba
terpelosok masuk ke dalam jurang. Kepala-kepala yang berani adalah nyawa
dimiliki seluruh Orang-orang Bertopeng. Setan tidak mereka takuti sama sekali.
Pegangan setiap Orang-orang Bertopeng dapat megalahkan setan-setan yang nampak
dan menakutkan. Pembuat jalan waktu dulu, menguntungkan Orang-orang Bertopeng. Tidak
pernah membunuh secara langsung, membuat segala tetap hidup dan berbagi sedikit
rejeki demi kesejahteraan.
Plang-plang jalan tidak menunjukan
tempat itu adalah angker, menakutkan. Siapa saja manusia yang berani memberi
petunjuk seperti itu, akan diganyang anak buah Orang Bertopeng. Warga sekitar
lebih diam melihat kejadian malam yang menakutkan. Malam hanyalah untuk kehidupan
setan, hewan buas dan Orang-orang Bertopeng di sepanjang jalan. Aspal-aspal
yang berlubang memberi keuntungan sendiri, jelas para pengendara tidak kencang
dalam berkendara. Jalan sepanjang perbatasan Ngawi berkelok, tikungan tajam,
berlubang, membunuh ribuan nyawa dan
mencelakakan manusia menderita melewati jalan itu. Seluruh pengendara, sepedah
motor, mobil pribadi, truk, sepenuhnya tak tahu menahu tentang situasi sepanjang
jalan dan keberadaan Jurang Gupit, apalagi Orang-orang Bertopeng. Semuanya
berkelok, tajam dan menyeramkan tidak akan hafal mata ketika malam membuat
acuan mana Jurang Gupit dan mana jurang-jurang yang lain.
Aksi malam didiskusikan dalam tempat
yang tersembunyi, cara yang diolah matang mengincar apa yang melewati jalan
sejarak 16 km dari Jurang Gupit. Mata-mata disebar ke seluruh perbatasan
memasuki sepanjang jalan. Tanda ada atau tidaknya, menjelang hp berbunyi di
tangan Orang-orang Bertopeng. Sepandai tupai dalam bergerak cepat. Kuliah yang
mereka lakukan di jurusan pencurian, perampokan, penikaman, hipnotis, dan
pembunuhan. Kuliah yang bermodal keberanian mental, dan berani membunuh.
Adegan-adegan terkupas dalam seluruh aksi. Perlakuan niat dimiliki dan
dibimbing dari sebuah mata, yang telah mematai simbol-simbol keberanian di
seluruh kelakuan hidup.
Orang
Bertopeng 1 : Semua strategi sudah terselesaikan. Alat-alat pembunuh disiapkan
dan ambil di gudang persenjataan.
Anak
Buah Bertopeng: Ya semua sudah disiapkan secara matang Mbah.
Orang
Bertopeng 1 : Ilmu yang sudah didapat tetap digunakan seperti biasa, jangan
membunuh.
Anak
Buah Bertopeng: Kami masih ingat, membunuh adalah perbuatan menikam jantung
sendiri kan.
Persiapan yang telah difikirkan sesuai
rencana. Tulang-tulang dilapisi dengan minyak tawon yang berisi kasiat kuat. Sarung-sarung
terkumpul di sebuah peti kembang tujuh rupa. Orang-orang Bertopeng tidak untuk
membunuh, mengambil dan membuat manusia yang disandra dan disekap tetap hidup. Suasana
gudang mendebarkan seluruh segerombolan Orang-orang Bertopeng. Mandat membunuh
dibuang jauh dalam peralatan membunuh. Lapis darah yang tersisa adalah darah
kematian hewan. Kulit menawarkan setan yang akan menganggu treatikal di Jurang
Gupit. Angin-angin berhembus lebih kencang menandakan kemercing petanda
perbatasan telah ada yang datang. Penjuru-penjuru perbatasan adalah wajah
tersembunyi dalam keadaan berbaur hidup siang dan malam, pemberi kabar dan
informasi tersembunyi. Orang-orang Bertopeng di perbatasan menelingkup sasaran
yang matang, kesalahan akan dilumuri darah sendiri sebagai bukti hukuman.
Berjalan menelusuri seluruh jalan,
menuju Jurang Gupit. Nyanyian kematian tercengang seluruh nadi dalam kegagalan.
Malam-malam membuat segerombolan Orang-orang Bertopeng mendayungkan hawa
ketakutan, pohon-pohon seperti raksasa, hewan-hewan buas, setan-setan bergerak
menjauhi langkah menakutkan. Semua takut dengan semerbak wewangian yang membuat
pening suasana malam. Pohon-pohon layu, setan-setan bersembunyi, hewan-hewan
berkeliaran kembali ke kandang, rumput-rumput memasang wajah kerut, dan
aspal-aspal kesakitan dengan langkah-langkah membumikan seluruh malam di
sepanjang jalan Margomulyo.
*
Penantian bersama nyamuk-nyamuk yang
bersembunyi di seluruh daun-daun. Mondar-mandir melintasi jalan. Pukulan-pukulan
lembut menyangga kepala. Sarung dipakai menutupi wajah. Ala-alat pembunuh
meletuskan ketakutan malam. Mantra-mantra ajaran diomat-amitkan secara cepat. Malam.
Orang-orang Bertopeng. Wasiat penjuru perbatasan memberi tanda, kedekatan mulai
mendekat. Lampu akan terpancar sejauh mungkin menuju Jurang Gupit. Lawakan-lawakan
katak berbunyi membuat tersentak aksi akan menjadi-jadi. Meletuskan sayap kabar
dari penjuru perbatasan. Duduk menyapa malam yang bersahabat, kematian.
Lampu telah terporak jauh menyoroti
Jurang Gupit, Manusia Pengendara mendekati Jurang Gupit. Leher-leher Orang-orang
Bertopeng berkeringat membasahi sekujur tubuh. Orang Bertopeng 1 meniupkan asap
rokok jauh dari lokasi, tugasnya
menerima dan memberi kutipan kata yang indah. Permainan kata-kata mengelabuhi
Sandra. Berpuisi membuatnya tidak membuat susanana menyeramkan. Persiapan kata
yang sama, akan dilontarkan kepada seluruh sadra.
Hei, hei,
kami di sini tidak ingin mengotori senjata dengan darah
Parang ,
Hei-, hei
kami ragu membuang peluru melewati kepalamu
Pistol,
Hei,hei
kami takut tulang-tulangmu remuk menusuk
Pisau,
Hei,hei
luka mendekati nyawa, satu luka tak apa
Kalau
seratus luka tertanam, nyawa melayang
Orang Bertopeng 1 selalu membacakan
sajak perampasan. Tidak membutuhkan kematian, karena kematian akan membuat
fikiran seluruh Orang-orang Bertopeng tidak tenang. Sekujur tubuh akan mati
pula, sepanjang malam bermimpi tentang kematian. Kematian akan mengejar Orang-orang
Bertopeng. Bijaksana dalam urusan hati. Ketika malam berarti semua yang lewat
sesuai tanda dari penjuru perbatasan tak akan pernah mati. Memberikan apa yang
Manusia Pengendara punya, caranya dalam malam. Tanpa jejak, dengan ancaman
estafet kematian dengan pistol.
Manusia Pengendara akan tercenggang
ketakutan, memilih untuk memberikan apa yang dipunya. Nyawa segalanya mencari
apa yang dipunya., sebaliknya apa yang dipunya tidak akan bisa mengantikan
nyawa. Seluruhnya indra disuruh berdiam
dan dilarang mengikuti jejak. Barang
yang diambil , pemberian secara tidak ikhlas dalam urusan malam. Dilarang
mencari dan lapor ke polisi. Manusia Pengendara hanya ditali di sebatang pohon
yang besar. Berteriak boleh di waktu pagi menyapa, malam dilarang berteriak.
Hewan-hewan setelah hilangnya wewangian akan keluar kandang, setan-setan
bergentayangan. Manusia pengendara akan takut. Mau tidak mau akan menuruti
perkataan Orang Bertopeng 1. Malam bukan
kematian berada dalam hutan, malam adalah kematian apabila melawan. Malam ialah
ketakutan mendekati Jurang Gupit.
**
Manusia pengendara mendekat, Anak Buah
Bertopeng menghadang jalan. Terjadi pertikain dalam sebuah omongan. Perlawanan
akan tariknya pelatuk pistol. Dua kata pistol menyala. Teriak-teriak pisau
menyambar jantung. Banyak gerak tebasan golok mengelakan usus-usus. Manusia
pengendara turut dengan hipnotis, diam dan menyuruh menyerahkan seluruh apa
yang dipunya. Manusia Pengedara dibawa menuju Orang Bertopeng 1 duduk-duduk.
Orang Bertopeng 1 mengeluarkan ajakan, perlakuan baik sesuai etika dalam ajaran
merampas. Semuanya mulus , rencana berjalan sesuai rencana.
Manusia Pengendara diam dan menyerahkan
apa saja. Diam dan tersontak kebinggungan dalam sebuah depresi akan dibunuh. Manusia
Pengendara diam melontarkan niatan kabur dan lari ke pelosok dalam hutan. Akan
mau ditali mengulungkan diri ke anak Jurang Gupit. Jurang Gupit menyulitkan
Orang-orang Bertopeng menangkapnya.
Orang Bertopeng 1: Hei, kalau kamu
tidak kembali akan kami bunuh dengan pistol.
Manusia Pengendara: Kalau memang bisa
silahkan bunuh saja.
Orang Bertopeng 1: Baiklah, kami akan
turun dan membinasakan kamu.
Manusia Pengendara: Silahkan turun saya
tunggu di sini.
Luka bekas, tersambar ranting-ranting
dan batu-batu yang ada dalam jurang. Manusia Pengendara mengetahui makna sebuah
sajak yang telah dilontarkan. Anggapan Manusia Pengendara, semua Orang-orang Bertopeng
tidak akan berani membunuh. Karena membunuh akan menimbulkan polisi mencari
jejak dan sidik jari yang ada. Keamanan juga akan mengancam segerombolan Orang-orang
Bertopeng. Manusia Pengendara cukup cerdas dalam pemaknaan kata. Dalam langkah
pertama seharusnya dia telah dibacok karena mencoba melawan dengan teriakan. Tetapi
juga tidak dibacok dan dibiarkan hidup. dilengkapi dengan ceramah Orang Bertopeng
1 , menjadikan kejelasan. Bahwa Orang-orang Bertopeng tidak akan rela membunuh.
Manusia Pengendara tetap berada di
bawah anak Jurang Gupit, setan telah keluar bersama dengan hilangnya Orang-orang
Bertopeng. Manusia Pengendara ketakutan dan melangkahkan kaki untuk berlari dan
berlari. Ketakutan pertama telah membuat jantungnya meningkat, apalagi dengan
nampaknya setan yang mengacau ketakutan sebelumnya. Manusia Pengendara lari
selama 1 hari melewati hutan, rumah-rumah penduduk, sungai, dan bengawan.
Anehnya Manusia Pengendara tidak minta tolong dan bertanya kepada warga yang
dijumpainya waktu pelarian. Begawanpun direnangi sampai mencapai tepian.
Manusia Pengendara sungguh gila dengan ketakutan yang telah dialami.
Dia melaporkan semua kejadian ke Polsek
Jawa Tengah, dia menceritakan semua apa yang telah terjadi. Pada pelarian dan
penangkapan dari Orang-orang Bertopeng. Khususnya ketakutan dengan keberadaan
isi Jurang Gupit.
***
Orang Bertopeng 1 dan seluruh anak
buahnya dengan kepandaian polisi menyelidiki kejadian yang ada, akhirya
ditangkap. Orang Bertopeng 1 memberikan penjelasan kepada polisi, bahwa
membunuh tidak perlu. Tujuan utama adalah sebuah harta. Harta dibagikan untuk memodali seluruh pengarapan tegalan dan
reboisasi tumbuhan jati. Orang Bertopeng 1, mengawali dengan perampasan agar
pemerintah setempat bisa melihat kejadian yang ada. Jalan hancur, pohon jati
mulai habis, penganguran tidak diperhatikan. Layu kehidupan. Semua ada di
Jurang Gupit.
--------------------------------------------
Geneng, 22 Juli 2011
Komentar
Posting Komentar