- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Oleh: Edy Saputro Cahyo
Di Indonesia sekarang marak dengan
program Bantuan Langsung Tunai, Indonesia memang tidak mempunyai kreatifitas
dalam sebuah kebijakan. Kebijakan tiruan asal Brasil ini, sudah dilakukan sejak
tahun 2005, 2009, dan 2013 lalu. Dalam pemberian bantuan pemerintah dituntut
untuk memilih dan memilah siapa saja rakyat yang mendapat bantuan tersebut.
Menurutku pemerintah sendiri tidak berperan penuh dalam mengawasi penyaluran
dana.
Perlu diketahui, di desa saya
sendiri Bantuan Langsung Tunai, merupakan Bantuan yang tunai. Ibarat ijab dan
qobulnya dibayar tunai tanpa ada tangunggan. Entah barang atau uang semua tunai
tanpa terpotong. Berarti istilah.Bantuan Langsung Tunai tidak tepat. Menurutku
Bantuan Langsung Tunai diganti Bantuan Langsung Terpotong. Potongan yang
dikelola oleh kebijakan pemerintah desa membuat kecemburuan sosial dan anggapan
masyarakat tentang pemerintahan negatif.
Di daerah desa saya, masyarakat
banyak demo dengan tidak adanya pemerataan pembagian. Masyarakat desa juga
sebenarnya keliru mendemo pemerintah desa, seharusnya langsung di pemerintahan
pusat penyalur BLT. Dalam kasus ini, pemerintah desa tidak usah berkelok
membuat kebijakan sendiri. Inilah yang akan membuat senjata makan tuan. Dari
pemerintah pusat plan A ya sudah diterapkan saja. Wong judulnya saja Bantuan
Langsung Tunai, ya berapa yang turun dari pemerintah diberikan ke penerima
tanpa potongan.
Saya risi mendengar kebijakan
pemerintah desa yang berbeliti-belit. Membuat aturan dan kesepakatn sendiri.
Sebenarnya pemerintah desa kurang memahami hak dan kewajiban masyarakat yang
mendapat BLT. Walaupun di desa saya sudah ada yang namanya kesepakatan,
tetap ada masyarakat ada yang grundel.
Uang dipotong 20% dari yang
didapat. Potongan diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu tetapi tidak
mendapat BLT. Kalaupun seperti itu kasusnya, ya seharusnya pemerintah desa
tidak boleh mengambil kebijakan sendiri. Seharusnya lapor dan menambah data
yang mendapat BLT ke pemerintah pusat.
Tujuan utama membantu masyarakat
miskin dalam kebutuhan seharinya, justru sebaliknya membantu masyarakat
membenci pemerintah desa, bahkan tidak menutup kemungkinan sampai pemerintah
pusat.
Komentar
Posting Komentar