- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Oleh: EDY SAPUTRO CAHYO
Impian
yang pupus karena narkotika dan perselewengan, Yantik hatinya selalu galau bila
mengingat kejadian itu. Persiapan setelah lulus kuliah untuk menjadi calon
istri dan mendapat pinangan dari lelaki yang diidamkan sirna sekejap mata.
Kegalauan itu sedikit terobati dengan datangnya Pak Warsito. Tapi ingatan pada
Romi tak akan terlupakan begitu saja akan janji yang dibuat Yantik.
K
|
etika matahari mulai nampak dari
timur menuju ke barat. Yantik mengikuti langkah kakinya yang berseragam dan
membawa segala persiapan untuk kuliah, wajah dipoles dengan bedak yang cukup
mahal harganya. Maskara terpasang dengan begitu rapinya, bibir yang di poles
dengan liptik agak kemerahan berbinar, yakni
tujuannya menyambut calon suami yang akan menjemput mengantarkanya kuliah. Hp berdering
dan pintu seakan berteriak akan kedatangan Romi.
“Selamat pagi mama, sudah siap
berangkat?”
“Pagi, bentar ini masih nyiapin
buku-buku!”
Menunggu dengan
sabarnya Romi di depan pintu, menyibukan dirinya dengan sms, entah sms dengan
siapa. Kewibawaan dan berkarier sukses sebagai pegawai Bank BNI membuat dirinya
tidak ragu akan meminang Yantik. Tak lama kemudian Yantik muncul dan siap
berangkat. Dengan terlebih dahulu berpamitan kepada orang tua, sikap manis dan
sopan Romi tunjukkan kepada kedua orang tua Yantik. Orang tua sudah yakin bahwa
Romi akan menjadi menantu yang baik dan bisa menjaga Yantik.
“Bapak/Ibu berangkat dulu!”. Tutur
Romi.
“Ya, Bapak dan ibu,Yantik berangkat
dulu, Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumsalam, hati-hati ya
Tik!” Gumam bapak dan ibu.
Hubungan yang dijalin
selama empat tahun mulai sejak lulus SMA membuat keteguhan hati Yantik percaya
benar akan hubunganya dengan Romi. Berkali-kali Romi mengajukan lamaranya
kepada orang tua Yantik, namun selalu jawaban dari orang tua untuk menunggu
setelah lulus kuliah. Sebab bila dilamar sekarang Yantik tidak akan konsen ke
kuliahnya dan bisa menganggunya . Yantik selalu patuh dan menghormati apa yang
dikatakan kedua orang tuanya. Saran
kedua orang tua malah memacu Yantik giat belajar dan ingin cepat lulus.
Kegiatan di kampus
selalu aktif diikuti dengan senang, bahkan dilihat dari grafik nilai dari
semester pertama hingga semester enam ini mengalami kenaikan yang cukup bagus.
Yantik menginginkan cepat lulus agar bisa dilamar Romi. Beasiswa pun sering
Yantik dapatkan karena nilainya bagus terus, sehingga bisa mengurangi beban
orang tua. Yantik sangat dikenal oleh teman-teman, dosen-dosen dengan sikapnya
yang mudah berkomunikasi. Inilah semangatnya yang membuat orang terkagum-kagum
padanya.
Sepulang kuliah Yantik kadang juga
dijemput bila bertepatan dengan jam istirahat Romi. Sebaliknya bila tidak
dijemput Yantik pilih naik angkot dan bonceng teman. Sms perhatian untuk Romi
selalu tertulis dengan jarinya lewat HP.
“Siang papa, jangan lupa makan dan
ibadahnya, ini mama baru saja pulang dari kuliah.”
Kata-kata papa dan mama yang selalu
Yanti dan Romi pakai dalam memanggil pasangan.
Kesibukan entah apa
yang membuat Romi tidak urung membalas sms Yantik. Berkali-kali sms tidak
pernah Romi balas. Dengan menyibukan dengan belajar Yanti selalu merasa tidak
konsen bila belajar, apabila tidak mendapat balasan kabar dari Romi. Kecurigaan tidak ada di
penak Yanti, selalu berfikir mungkin Romi ada rapat bahkan ada pelanggan Bank
yang ramai. Begitulah yang terlintas dalam penak Yantik.
Malam minggu tiba,
Yantik seperti biasa menunggu jemputan Romi untuk diajak keluar ke alun-alun
kota. Setidak-tidaknya mengurangi beban pikiran yang penuh akan tugas dan
kegiatan-kegiatan di kampus. Lama menunggu namun Romi tidak urung datang
menjemputnya. Hp yang selalu digegam sampai berkeringat membuat Yanti hilang
kesabaran. Sms berkali-kali Yanti lakukan, tetapi tunda dan tunda. Telpon tapi
hanya mendengar suara “maaf nomor yang Anda hubungi tidak aktif, coba beberapa
saat lagi.”
Kebingungan terpancar diraut wajah
Yanti, jalan mondar-mandir di serambi rumah tidak membuat capek kakinya. Gegaman
hp yang ditunggu bunyi deringya tidak urung berbunyi. Hanya deringan bunyi
jangkrik yang ada di sekitar pinggir-pinggir rumah. Selama tiga jam menunggu
membuat ibunya keluar dan menyambangi Yanti.
“Tunggulah di dalam Tik.?”
“Tidak Bu! Mungkin sebentar lagi
Romi datang?”
“Ya, tapi sudah tiga jam kamu
menunggu, mungkin Dhek Romi ada kesibukan atau masalah keluarga. Cobalah sms
atau telpon.”
“Itulah Bu, berkali-kali aku telpon
dan sms tidak ada kabar, Hpnya mati!”
“Sabar Tik, sekarang masuklah
tunggu di dalam rumah saja, udaranya dingin di luar,”
***
Saat di kampus banyak
teman-temanya yang melihat kemurungan raut wajahnya yang sedih dan tidak seperti
biasanya,selalu menyapa setiap orang walau tidak kenal. Dila sahabat yang
paling dekat dengan Yantik. Menghiburnya. Dila
teman satu kecamatan yang kuliah di Universitas yang sama, namun beda fakultas,
angkatan. Dila juga lebih tua dari Yantik, sedangkan Yantik angkatan 2010. Dila
menghibur, menghibur, tapi tidak ada reaksi timbal balik dari Yantik. Padahal
bila ada masalah Dila juga selalu sharing dengan Yantik. Dila berupaya
membujuknya dan menanyakan kenapa kok
murung dan kurang bergairah kuliah. Yantik hanya diam saja. Yantik tidak ada
teman yang sedekat seperti Dila, akhirnya dia tidak mau menyimpan masalahnya,
dan menceritakan pada Dila. Terutama masalah yang mendasar adalah masalah Romi
yang akhir-akhir ini sulit dihubungi, bahkan biasanya setiap malam minggu
menjemput untuk pergi ke alun-alun kota tidak datang. Dila yang begitu serius
mendengar cerita Yantik, membuat Dila mengambil langkah dan menatap masa
lalunya dulu.
Cerita yang diungkapkan
Yantik hampir mirip dengan cerita yang
pernah dialami Dila. Dila menceritakan juga saat itu dirinya menunggu pacarnya waktu ada acara ulang tahun
temannya. Alhasil, apa yan terjadi pacarnya tidak datang dan malahan mendengar
kabar kalau pacarnya menghamili gadis lain. Padahal pacarnya sudah diakui statusnya
oleh kedua orang tua Dila sebagai anak yang berkepribadian baik dan penuh
tanggung jawab. Sakit hati yang dirasakan Dila sangat, sangat, menyakitkan.
Bagaimana tidak berpacaran sudah menginjak 5 tahun, berahir dengan sia-sia, dan
sangat menyakitkan. Tak akan pernah Dila lupakan.
“Sampai begitu Mbak, wuh ngeri ya.”
Ungkap Yantik
“Itulah Yan! jangan pernah
menganggap seseorang cowok yang sudah lama singgah di hati kita akan menjadi
pendamping kita. Saya cuma berpesan, berhati-hatilah kamu sama Romi, bukan saya
melarang dan menakut-nakuti, Cuma sekedar mengingatkan.”
“Ya Mbak, tapi Romi itu orangnya
baik dan penuh perhatian. Tidak mungkin Romi akan berbuat begitu.”
“Ya kebaikan itu akan menjadi
berubah nilainya Yan! lama-kelamaan. Mengerti maksud saya kan.”
“Hah, aku benci pada Mbak, selalu
menuduh yang tidak-tidak dan suka menafsirkan seseorang dengan sebelah mata.
Romi pokoknya baik, dan setelah lulus dia janji akan melamarku?”
Hampir dua minggu Yantik
menghubungi Romi tapi tidak pernah ada kabar yang terselip. Diputuskanya Yantik
mendatangi rumahnya Romi, dengan berbekal tas dan hp genggam diantarkannya
angkot menuju rumah Romi. Sampai di rumah Romi ternyata tidak ada seorangpun di
sana. Berteriak memanggil-manggil tanpa ada balasan suara. Bel dibunyikan
berkali-kali. Sampai teriakannya yang keras memacu seorang tetangga menyambangi
Yantik.
“Cari siapa Mbak kesini? Rumah ini
sudah kosong,tidak ada penghuninya.”
“Mau cari Romi Pak!! Lo pada kemana
semua Pak penghuninya kok tidak ada?”
“Nak, kamu belum tahu ya, kalau
Romi tertangkap basah mengunakan narkotika bersama rekan kerja ceweknya di
sebuah hotel Nusantara, dan sekarang kedua orang tuanya pindah ke kota
karena malu akan perbuatan anaknya.”
Mendengar berita serupa, dirinya
tidak percaya bahwa Romi berbuat seperti itu.
“Tidak mungkin Pak, Tidak mungkin.”
(akhirnya dirinya terpingkal
pingsan di tempat)
Terbangun dari
pingsanya, langsung memeluk ibunya,,, dan sangat sedih sekali. Ibunya memeluk
dengan erat dengan penuh air mata bercucuran.
Sementara itu Romi yang berurusan
dengan petugas polisi yang diketahui mengunakan narkotika, langsung di bawa
kekantor polisi, bersama dengan rekan ceweknya ditahan di lembaga
pemasyarakatan Jember.
Mendengar
nama Susi sebagai rekan kerja Romi, Yantik bingung kenapa berduaan di hotel
dengan Susi, perasaan dan firasat apakah Romi selingkuh di belakangnya. Tidak
tahu pasti. Susi yang sudah bersuami dan dikaruniai anak, apakah itu tanda
bahwa Romi selingkuh dibelakangknya. Jelas menimbulkan kebinggungan yang luar
biasa.
Yantik merasa dirinya
dibohongi, hari-harinya selalu sedih dan galau. Kuliah tidak lagi seperti
biasanya yang cekatan dan bergegas dalam menyampaikan aspirasinya yang kiranya
sulit.Yantik sering tidak mengikuti kegiatan extra panduan suara karena rasa
sedihnya belum juga bisa terbendung. Kuliah juga kocar-kacir tidak karuan,
sering tidak masuk, ngerjakan tugas tidak pernah, komunikasi dengan teman-teman
hilang sepi begitu saja. Kampus tidak bisa melihat senyumnya lagi yang begitu
menawan.
Mata kuliah Linguistik
yang dosennya Pak Warsito menanyakan keberadaan Yantik. Teman-teman satu kelas sering
ditanya, di mana Yantik, kenapa Yantik tidak masuk. Banyak teman-temannya yang
tidak tahu. Tetapi datangnya Dila yang juga mengikuti kuliah linguitik,
menceritakan apa adanya kepada Pak Warsito tentang keadaan Yantik. Kalau Yantik
baru ditinggal pergi pacarnya, sekarang perasaanya galau tertekan rasa sakit dan merasa dibohongi. Pak
Warsito yang selama ini diam-diam memantau gerak-gerik Yantik saat berada di
kampus, juga mempunyai perhatian khusus. Sebab Yantik lebih aktif dalam
bertanya dari teman yang lain. Sehingga Pak Warsito secara tidak langsung juga
mempunyai perasaan pada Yantik. Sebagai dosen muda dan cukup mempunyai karier
apa salahnya, pada kegalauan yang diderita Yantik, Pak Warsito mencoba mendekatinya,
tapi bagaimana cara Pak Warsito belum tahu.
Yantik saat menempuh
mata kuliah linguistik langsung ditunjuk oleh Pak Warsito sebagai koordinator
kelas. Karena tiga hari sudah tidak masuk, maka tujuan Pak Warsito memberi
tugas sebagai koordinator kelas agar Yantik masuk terus, karena sebagai
koordinator bila ada apa-apa tidak masuk akan merugikan banyak temannya. Yang
sebenarnya bertujuan bila nantinya Pak Warsito tidak masuk mungkin ada
keperluan, berpergian, sakit atau ada urusan, bisa memberitahukan ke Yantik ada
tugas apa tidak, bila ada tugas, di meja. Oleh sebab itu Pak Warsito meminta
nomor hp Yantik, sebaliknya Pak Warsito memberi nomor hpnya. Agar komunikasi
mudah.
Di kamar Yantik sering
melamun dan menangis hingga matanya membengkak, kegalauan yang tiada obatnya.
Makan dan sholat sering Yantik lewatkan,
namun ibu yang sangat perhatian mengingatkan untuk melakukan kewajibannya.
Ditengah-tengah percakapan ibu, berdering hp Yantik , sampai dua kali berdering
tidak Yantik angkat. Ibu yang mendengarnya hp yantik merasa terusik kupingnya.
“Yantik, hpmu berbunyi,
ada telpon mungkin.”
“Ya Bu, lagi males,
biarkan bunyi, mungkin mbak Dila ngajak belajar bareng.”
Dering ketiga tidak
bisa menggugah hati Yantik. Dering ke empat kalinya barulah Yantik beranjak
mengambil hp dan mengangkatnya, ternyata Pak Warsito yang menelpon, Pak Warsito
memberitahukan kalau besok dirinya tidak bisa memberi mata kuliah, dan meminta
kalau besok tetap mengisi daftar hadir dan ada tugas di meja Pak Warsito.
Dengan nada
terserak-serak dijawabnya “iya Pak, besok akan sampaikan keteman-teman.”
Dalam rumah tahanan
Romi tidak pernah dijengguk oleh Yantik. Romi yang merasa terpukul dan menyesal
atas perbuatan yang dilakukan. Begitupun Yantik
tidak ingin melihat wajah Romi lagi. Karena merasa dirinya dihianati.
Di sela-sela
perkuliahan, dirinya menginformasikan pada teman-teman yang menempuh mata
kuliah linguistik, bahwa Pak Warsito tidak ada ada urusan, beliua bepesan untuk
mengisi daftar hadir dan ada tugas dari Pak Warsito. Dila saat itu juga
menempuh mata kuliah yang sama dengan Yantik, secara perlahan Yantik langsung
memeluk tubuh Dila. Menangis tersedu-sedu.
“Benar kata-kata yang
Mbak nasehatkan ke saya dulu. Seseorang yang berhubungan lam dengan kita belum
tentu akan selamanya bersama.”
“kamu sekarang sudah
paham kan, apa artinya kebersamaan, tidak akan seseorang mulus dengan
jalannya?”
Dila dalam pelukan kesedihan
yantik, juga mengatakan bahwa Dila saat ditanya Pak Warsito, tanya keberadaan
Yantik dan alasan tidak masuk kuliah. Dila menceritakan apa yang terjadi, namun
Yantik berbilang tidak apa-apa.
“Kita sama-sama sedih,
tapi Yan, jangan terus terbelenggu oleh kegalauan itu, mari kita lawan?”
lupakan masa lalu dan anggap sebagai pengalaman cintamu, tatap masa depanmu.”
“Serasa berat kata-kata
untuk mengucapkan melupakan masa lalu, tapi benar kata mbak jangan terlarut
dalam kegalauan, itu akan merusak diri kita sendiri.”
Bersama angin yang
sepoi-sepoi Yantik berada di dekat cendela, mendapati pesan pendek perhatian
dari Pak Warsito, dengan rasa yang tidak enak menyelipkan rasa malu, sungkan
akan balas sms Pak Warsito. Akan tetapi apa yang terjadi, Yantik merasa
terhibur dengan kata-kata yang diucapkan Pak Warsito, kegembiraan terpancar
lagi di raut wajah muka Yantik, begitupun membuat orang tua Dila dan
teman-teman yang lain merasa senang.
Munculah bermacam-macam
pertanyaan bagi Dila, mengapa secepat itu dia luluh akan kata-kata yang baru ia
katakan. Namun bagi orang tua tidak ada masalah, sekarang Yantik sudah gembira
dan tidak galau. Sms dan telpon sebagai alternatif Pak Warsito dalam memikat
hati Yantik. namun apakah Yantik akan terpikat? Setiap ketemu di kampus kedua
mata mereka saling bertatap penuh cinta, apalagi ketika Pak Warsito mengajar
dikelas Yanti, maka akan timbul kejadian yang aneh, tatapan Yantik yang tak lepas dari Pak Warsito memandanginya
dengan penuh kekaguman. Pak Warsito menghelai napas penuh ketengangan akan rasa
cinta pada Yantik.
Dila yang melihat
dengan gerak-gerik mereka berdua, mencurigai apakah mereka berdua ada hubungan
khusus. Setelah kuliah selesai Dila menanyakan hal itu kepada Yantik, tidak
mengaku kalau Yantik ada hubungan khusus dengan Pak Warsito.
“Jujurlah Tik, ada hubungan
apa kamu dengan Pak Warsito, sepertinya di kelas tadi beliau memandangi kamu
terus, sebaliknya kamu.”
“Tidak ada hubungan
apa-apa mbak, beneran. Dan mengapa mbak bilang begitu?”
“Janganlah munafik Yan,
Mbak tahu dan paham, pandangan biasa dan pandangan cinta, apakah kau suka Pak
Warsito?”
“Selama ini aku sedih
selama ditinggal Romi, untuk itu mbak bilang padaku, jangan bersedih-sedih
terlalu lama. Makanya saya berupaya melupakan Romi dan akan menatap masa depan
yang cerah lagi, seperti yang aku impikan dahulu ingin menjadi ibu rumah tangga
yang baik dan setia, serta mempunyai anak-anak dengan pengetahuan agama yang
maksimal.”
“Apakah kau sudah paham
akan karakter Pak Warsito, kamu kan belum tahu.”
“ Memang belum tahu,
tapi perasaan aku yakin dengan Pak Warsito, dirinya baik dan sering menghibur
aku dalam kegalauan yang kualami.”
“Berhati-hatilah jangan
mudah percaya dengan rayuan yang menjebak.”
Ujian skripsi ada di
hadapan Yantik, karena sebagai mahasiswa yang cukup pandai dan selalu
beprestasi membuat dirinya menempuh ujian skripsi, dan itu salah satunya kunci
di ambang kelulusan dan memakai gelar sarjana. Hubungan yang telah mendapat
dukungan dari orang tua Yantik dan Warsito membuat keduanya saling percaya akan
hubungan yang dijalinnya selam tujuh bulan.
Pak Warsito juga sudah
melamar Yantik, tinggal menunggu kelulusan Yantik, mereka akan melanjutkan ke pesta resepsi pernikahan.
Dibantu Pak Warsito, Yantik dalam menyelesaian skripsi dan ujian skripsi. Akhirnya
lulus. Yantik merasa senang dan bahagia.
Terkadang di kampus
sering mendapat kata-kata yang tidak enak dari temen-temanya, yang bilang kalau
mahasiswa genit, bahkan para dosen-dosen yang lain mendengar berita itu kaget,
tapi tak akan meluluhkan hati Yantik, karena cintalah yang membutakan itu.
Setelah acara yudisium dan wisuda selesai dan rasa senang sebagai
mahasiswa lulus tercepat dan IPK tertinggi, seminggu ke depan pernikahan akan
digelar. Ditemani Pak Warsito, Yantik mencari gaun untuk acara pernikahanya.
Menjadi istri dari suami seorang dosen akan penghasilan yang menjanjikan masa
depanya.
Pernikahan tergelar
mewah di gedung sewaan, impian Yantik yang dahulu kandas sekarang menjadi
kenyataan, sesaat Pak Warsito mengucapkan hijab kepada na’ib,
“Saya nikahkan saudara
Warsito bin Wildan dengan saudari Yantik binti Argo.”
“Saya terima nikahnya
Yantik binti Argo dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.” (muncul
seseorang dari arah depan).
“Tunggu, jangan
diteruskan. Aku masih mencintaimu Yantik, dan aku yakin kamu juga masih
mencintai aku. Kita dulu pernah berjanji kalau dengan keadaan bagaimanapun kita
akan selalu bersama, baik hidup maupun mati, ingatkan engkau akan janji yang
kita buat.”
Komentar
Posting Komentar